Salah
satu dari bangunan yang mana sangat memiliki posisi sangat penting dalam hal
sejarah peradaban Islam adalah Ka’bah yaitu sebuah bangunan yang suci terletak
di Makkah. Apabila merujuk dari pemaknaan bahasa maka, Ka’bah berarti kubus. Oleh
sebab itu, fisik dari Ka’bah menyerupai sebuah kubus. Dalam Ensiklopedi Islam tidak
disebutkan secara rinci dari panjang dinding muka (yang terdapat pintu) dan juga
dinding belakang masing-masing hanya 12 meter.
Kedua
belah sisinya masing-masing memiliki panjang yaitu 10,1 meter. Adapun ketinggiannya
mencapai 16 meter. Letak dari dinding itu membujur pada sebelah barat laut,
timur laut, barat daya, dan juga tenggara. Ini berarti setiap sudutnya mengarah
kepada empat arah mata angin. Formasi seperti ini di maksudkan supaya bangunan ini
tetap kokoh dan juga tak runtuh jika angin kencang menerjangnya.
Keempat
dari sudut ini memiliki nama masing-masing. Penamaan ini oleh orang Arab Saudi merujuk
pada arahnya. Perinciannya adalah sebagai berikut, pada sudut sebelah utara di
namakan Rukun Iraqi sebab arahnya merujuk ke Negata Irak atau Mesopotamia, untuk
sudut selatan bernama Rukun Yamani sebab mengarah ke Yaman, Rukun Syami untuk
arah selatan (Syam atau Suriah), dan Rukun Aswad (arah Hajar Aswad atau batu
hitam).
Apabila
di telusuri dari ayat-ayat Al-quran, tak ada petunjuk yang dapat memastikan
siapakah pendiri sejak awal dari bangunan Ka’bah itu, mulai dari fondasinya
hingga ia berbentuk bangunan yang utuh. Sebut saja, pada ayat ke-127 dari surah
al-Baqarah. Ayat itu telah menyebutkan bahwasannya Ka’bah itu di perbaiki oleh
Nabi Ibrahim as dan juga putranya, Ismail AS. Indikasi kuat lainnya juga
terdapat dijelaskan pada surah Ibrahim ayat ke-37.
Ayat
ini menjelaskan bahwasannya Ka’bah telah ada pada saat Nabi Ibrahim AS
meninggalkan putranya, Nabi Ismail AS, di padang pasir di tanah Arab Saudi.
Namun, kebanyakan dari ahli tafsir telah sepakat, penafsiran ayat ke-127 pada surah
al-Baqarah merupakan penegasan bahwasannya pendiri dari Ka’bah adalah Nabi
Ibrahim as dan juga putranya Ismail AS. Demikian halnya dengan tafsir ayat
ke-37 surah Ibrahim. Ulama yang ahli dalam bidang tafsir mengatakan bahwa maksud
dari ayat ini adalah Nabi Ibrahim AS meninggalkan keluarganya di tempat yang
akan dibangun Ka’bah di atasnya.
Bukan
hanya dapat disebut dengan nama Ka’bah, bangunan ini memiliki beragam penamaan
yang mana disebutkan di dalam Alquran. Nama-nama itu adalah Al Bait (rumah)
yang tertera didalam (QS 3: 97), Al Bait Al Atiq yang berarti rumah kuno (QS
22: 29), Al Bait Al Haram atau yang berarti rumah suci (QS 5: 3), Al Bait Al
Ma’mur berarti rumah yang di sejahterakan dan juga di jaga yang terdapat
didalan (QS 52: 4), dan juga Al Bait Al Muharram, yakni rumah yang disucikan tertera
didalam (QS 14: 37). Pada tahun kedua Hijriah, Allah SWT telah menjadikan
Ka’bah sebagai kiblat utama bagi umat Islam. Setelah sebelumnya, kiblat yang berada
di Baitul maqdis, Palestina. Kisah ini diabadikan dalam surah Al-Baqarah ayat
ke-144.
Pada
saat sejak awal didirikan oleh Nabi Ibrahim yang mana merujuk dari kesepakatan para
ahli tafsir mengenai pendiri Ka’bah, tercatat setidaknya telah lima kali hal perombakan
dan juga penyempurnaan bangunan Ka’bah pada periode klasik.Pertama yakni renovasi
yang dilakukan oleh suku Quraisy. Pada saat itu, Ka’bah sempat mengalami
kebakaran hal ini ulah dari perempuan Quraisy yang membakar kemenyan. Peristiwa
ini telah membuat bangunan dari Ka’bah mengalami kerapuhan. Oleh mereka
bangunan ini dihancurkan kemudian dibangun kembali. Disebutkan, arsitektur yang
dipercaya melaksanakan proyek ini adalah Baqum yang memiliki kebangsaan Romawi.
Kedua
yaitu renovasi dilakukan oleh Abdullah bin Zubair pada saat setelah kerusakan
berat akibat dari penyerangan oleh bala tentara Bani Umayyah. Bukan hanya
meninggikan Ka’bah, ia juga menambahkan sebuah pintu lagi di area Ka’bah.
Proses pembanguan ini selesai pada 649
Hijriah. Ketiga, pemugaran yang dilakukan oleh Al Hajjaj bin Yusuf Ats saqafi.
Ia membangun kembali Ka’bah di atas fondasi semula yang dibangun oleh Quraisy. Yang
Keempat adalah pembangunan yang mana di lakukan oleh Sultan Murad Khan pada tahun
1040 H. Pada saat itu, Ka’bah mengalami yang namanya kerusakan yang tergolong berat
setelah hujan lebat yang menerjang dan juga menyebabkan bencana banjir yang terjadi
di daerah kota Makkah. Dengan bencana banjir itu membuat Ka’bah terkena
genangan air dengan ketinggian air yang mencapai setengah dari bangunan Ka’bah.
Yang
Kelima adalah dalam upaya renovasi yang dilakukan oleh Muhammad Ali Pasha yaitu
pada masa pemerintahan Dinasti Turki Usmani. Kejadian yang sama halnya pada
masa Sultan Murad terjadi. Banjir yang menggenangi lebih dari setengah Ka’bah.
Peristiwa ini terjadi yakni sekitar pada
tahun 1239 H atau 1240 H. Proyek ini diawali dengan semacam gerakan pembersihan
secara besar-besaran di sekitar area Ka’bah. Pasalnya, banjir ini menyisakan
lumpur dan juga kotoran-kotoran di sekitar wilayah Ka’bah.
0 comments:
Posting Komentar