Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatu, pada kesempatan kali ini kita akan sedikit akan
membahas mengenai sa’i. Perlu Anda garis bawahi bahwasannya pada saat Sa’i,
Shafa dan juga Marwah merupakan sebagian dari syiar Allah SWT . Terdapat firman
Allah SWT dalam Qur’an Surah Al-Baqarah [2]: 158 “Maka barang siapa yang
beribadah haji ke baitullah atau umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan
sa’i antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan
kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha
Mengetahui”
Al-quran
dalam surah al-Baqarah ayat 158 di atas telah dimulai dengan penegasan dari
Allah SWT tentang Shafa dan juga Marwah. Sebelum dari ayat ini, Allah SWT
memberikan gambaran mengenai ciri-ciri orang yang beriman yaitu apabila mereka
di berikan suatu masalah, maka mereka akan mengucapkan kalimat istirja atau
Inna Lillahi wa Inna ilaihi Raaji’un. Orang-orang yang mana mengucapkan kalimat
inilah pada saat mereka terkena masalah, mereka merupakan orang – orang yang
memperoleh barokah dan juga rahmat dari Allah SWT.
Lalu,
adakah hubungan ayat tersebut tentang kesabaran orang-orang yang memperoleh
cobaan musibah itu dengan ayat setelahnya, yakni pada surah al-Baqarah ayat 158
di atas?
Shafa
dan juga Marwah merupakan dua bukit yang mana tadinya ia berada sekitar 300
meter dari Masjid Masjidil Haram. Namun, pada saat sekarang ini dalam hal
perluasan Masjid Masjidil Haram, Shafa dan Marwah telah menjadi bagian dari
masjid Masjidil Haram. Shafa dan juga marwah merupakan termasuk kedalam syi’ar
Allah. Kata syi’ar seakar dengan kata syu’ur yang memiliki arti rasa.
Syiar
merupakan tanda-tanda agama dan juga ibadah yang mana telah di tetapkan oleh
Allah SWT. Tanda-tanda inilah yang di namai dengan syi’ar sebab ia seharusnya
menghasilkan rasa hormat dan juga agung kepada Allah SWT. Dengan bersa’i yang
mana sesuai dengan tuntunan dari Allah SWT, seseorang mengedepankan dan juga
memaklumkan tanda-tanda dari agama Allah SWT, sekaligus ia mengedepankan dan
juga memaklumkan rasa tunduk serta ketaatan kepada Allah SWT.
Pada
saat sebelum perintah dari bersa’i atau ayat ini di turunkan, kaum musyrikin
melakukan pula sa’i yang memiliki unsur
kemusyrikan dan juga penyembahan terahadap berhala. Mereka berihram beratas
namakan berhala Manat, kemudian melakukan sa’i. Pada puncak bukit Shafa, mereka
meletakkan sebuah patung yang mereka namakan dengan Isaf. Sedangkan pada puncak
bukit Marwah di letakkan sebuah berhala yang di namai na’ilah.
Kemudian
para kaum muslimin sepenuhnya telah menyadari bahwasannya hal itu tidaklah di
benarkan dalam agama Islam sehingga mereka sangat meragukan dalam pelaksaan
sa’i. Untuk dapat menghilangkan dari keraguan tersebut, maka ayat di atas
menegaskan bahwasannya, “Maka barang siapa yang menunaikan ibadah haji ke
baitullah ataupun umrah, maka tak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara
keduanya,”
Di
sinilah ditemukan letak hubungan antara surah al-Baqarah ayat 158 ini dengan
ayat yang sebelumnya membahas mengenai kesabaran. Kesabaran orang-orang yang
mana memiliki ciri-ciri yang telah dibahas dalam ayat 156 hingga 157, bukan
berarti mereka tergolong orang sabar yang tak memiliki upaya. Mereka juga
berupaya yang dinamakan oleh al-Quran dengan sa’i yang berarti harfiahnya,
menurut Muhammad Quraish Shihab dalam Al-Mishbah merupakan usaha.
Sedangkan
arti dari syariahnya pada ibadah haji dan juga umrah merupakan berbolak-balik
sebanyak tujuh kali antara bukit Shafa dan juga Marwah demi pelaksanakan
perintah Allah SWT (dalam umrah maupun haji). Sedangkan dalam penerapan ibadah sa’i
dalam kehidupan sehari-hari merupakan usaha yang sungguh-sungguh dalam hal mencari
kehidupan dengan memulainya dari shafa (kesucian niat) dan berakhir di bukit marwah
(kepuasan bathin). Di samping itu, dalam berbagai sisi kehidupan, usaha (sa’i)
tentu sangatlah membutuhkan sebuah kesabaran.
Dalam
kehidupan sehari-hari, pada hakikatnya kita semua telah melakukan sa’i. Sa’i disini
berarti mencari rezeki untuk keluarga Anda, sa’i dalam belajar menuntut ilmu,
sa’i pada saat berusaha untuk bisa membahagiakan orangtua, iya itu semua merupakan
bentuk dari usaha yang akan bernilai pahala yang tak terhingga apabila dimulai
dengan shafa (kesucian niat) diakhiri dengan marwah (kepuasan bathin).
Tentu
kita ketahui bersama bahwasannya pada saat memulai usaha-usaha di atas merupakan
memerlukan yang namanya kesabaran contohnya saja seseorang ayah yang sedang
berusaha dalam hal mencari pekerjaan dan juga rezeki yang tergolong halal,
kesulitan di dalam pekerjaan, tekanan
dari atasan, target pekerjaan yang sangat tinggi, dan juga beberapa kesulitan
lainnya. Atau seorang ibu yang harus membesarkan anak-anaknya sendiri tanpa
adanya suami, ditambah lagi pekerjaan rumah yang mereka kerjakan . Apabila itu semua
diniatkan suci dan juga tulus semata-mata hanya kepada Allah SWT dan untuk
kebaikan, maka insyaAllah akan berganjar ridho serta pahala dari Allah SWT.
0 comments:
Posting Komentar