Minggu, 24 Februari 2019

Keseruan Festival Imlek dan Cap Go Meh 2019 serta Pesona Wisata Kota Singkawang

Selamat pagi sahabat-sahabat super sekalian, apa kabar kamu pada hari ini? Semoga selalu diberi nikmat sehat ya agar dapat menjalankan segala macam bentuk aktivitas dengan lancar dan sebagaimana mestinya. Pada artikel kali ini deguh akan sedikit membahas dan mengulik serta ingin berbagi informasi kepada Anda semua mengenai Keseruan Festival Imlek dan Cap Go Meh 2019 serta Pesona Wisata Kota Singkawang.

Aku sangat bangga tinggal di Indonesia karena dengan berbagai macam keberagamannya, menjadikan negara ini menjadi kaya akan etnis, suku, agama, budaya dan lain sebagainya yang menjadikan masyarakatnya menjunjung tinggi toleransi dan hidup dengan kebersamaan serta kerukunan. Dengan melihat indahnya keberagaman tersebut, aku tertarik membahas Kota Singkawang yakni kota yang sering aku kunjungi jika ada waktu luang untuk menghilangkan penat dan menggali keindahan wisata alam, kuliner, dan sejarahnya. Kota Singkawang juga sangat dekat dengan kota kelahiranku, Kota Pontianak.

Pada setiap tahunnya pada saat Cap Go Meh tiba, aku selalu menyempatkan diri untuk berkunjung ke kota Singkawang untuk melihat secara langsung kemeriahan Cap Go Meh. Waktu tempuh Pontianak-Singkawang membutuhkan waktu sekitar 3 jam melalui jalur darat. Untuk tiba di Singkawang kamu dapat menggunakan sepeda motor, taksi, maupun bus.

KOTA SINGKAWANG

Kota Singkawang atau San Keuw Jong adalah sebuah kota yang berada di provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Kota ini terletak sekitar 145 km sebelah utara dari Kota Pontianak, ibukota provinsi Kalimantan Barat, dan dikelilingi oleh pegunungan pasi, poteng, dan sakok. Nama Singkawang berasal dari bahasa Hakka, San khew jong yang mengacu pada sebuah kota di bukit dekat laut dan estuari. Jumlah penduduk di kota ini sekitar 246 ribuan dengan mayoritas penduduk keturunan Tionghoa, Dayak, dan Melayu.

“Pada mulanya Singkawang merupakan sebuah desa bagian dari wilayah kesultanan  Sambas. Desa Singkawang digunakan sebagai tempat singgah para pedagang dan juga para penambang emas dari Monterado. Para penambang dan pedagang ini yang kebanyakan berasal dari negeri China, sebelum mereka menuju ke Monterado para penambang dan pedagang terlebih dahulu beristirahat di Singkawang. Singkawang kala itu juga digunakan sebagai tempat untuk menghilangkan kepenatan karena keindahan alamnya yang sangat menawan. Waktu itu, orang Tionghoa menyebut Singkawang dengan kata San Keuw Jong (Bahasa Hakka), mereka berpendapat bahwa dilihat dari sisi geografis Singkawang yang berbatasan langsung dengan laut Natuna dan dikelilingi pengunungan dan sungai memiliki letak geografis yang sangat menjanjikan, sehingga antara penambang tersebut beralih profesi menjadi petani ataupun menjadi pedagang di Singkawang yang pada akhirnya para penambang tersebut tinggal dan menetap di Singkawang”

FESTIVAL IMLEK DI SINGKAWANG

Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting bagi orang Tionghoa. Perayaan tahun baru imlek dimulai pada hari pertama bulan pertama pada penanggalan Tionghoa dan akan berakhir dengan Cap Go Meh pada tanggal ke-15 (pada saat bulan purnama). Malam tahun baru imlek dikenal sebagai malam pergantian tahun.

Pada tahun 2019, Perayaan Tahun Baru Imlek 2570 jatuh tepat pada Selasa, 5 Februari 2019. Di Indonesia, beberapa daerah, terutama daerah yang dihuni oleh banyak keturunan Tionghoa, akan menggelar perayaan imlek secara besar-besaran, lengkap dengan berbagai macam aksesori khas Imlek yang identik dengan nuansa serba merah.


Imlek juga sangat identik dengan Kue keranjang. Kue keranjang adalah kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula. Kue keranjang memiliki tekstur yang kenyal dan lengket. Kue ini merupakan salah satu kue khas atau wajib pada saat perayaan tahun baru ImlekPada awalnya kue keranjang ditujukan sebagai hidangan untuk menyenangkan dewa Tungku  agar membawa laporan yang menyenangkan kepada raja Surga. Selain itu, bentuknya yang bulat bermakna agar keluarga yang merayakan Imlek dapat terus bersatu, rukun dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang. Kue keranjang disebut juga kue tahunan karena hanya dibuat setahun sekali pada masa menjelang tahun baru Imlek. Terdapat kebiasaan pada saat tahun baru Imlek untuk terlebih dahulu menyantap kue keranjang sebelum menyantap nasi sebagai suatu pengharapan agar dapat selalu beruntung dalam pekerjaannya sepanjang tahun.




JADWAL KEGIATAN TAHUN BARU IMLEK 2570 DAN FESTIVAL CAP GO MEH 2019 KOTA SINGKAWANG

No.TanggalKegiatanLokasi
1.3 -2- 2019Pembukaan Perayaan Tahun Baru Imlek 2570 dan Festival Cap Go Meh 2019Lapangan Kridasana
2.4 s/d 20 -2-2019Pentas Seni & Budaya
Expo (umkm, promosi produk dan.jasa
Lapangan Kridasana
3.17-2-2019Prosesi ritual buka mata replika 12 naga di Vihara Tribumi Raya Kota Singkawang dan
Festival Pawai Lampion
Kota Singkawang
4.18-2-2019Prosesi ritual tolak bala oleh Rohaniwan Tatung
Prosesi ritual sembahyang Dewa Langit (Ket Sam Thoi)
Kota Singkawang
5.18 s/d 19-2-2019Stand Wisata Kuliner Kota SingkawangPusat Kota Singkawang
6.19-2-2019Festival Cap Go Meh (Pawai Tatung)
Altar dan Lelang
Prosesi Pembakaran Replika 12 naga di Vihara Budhayana di Roban (Chai Tong)
Kota Singkawang
7.20-2-2019Penutupan Perayaan Tahun Baru Imlek 2570 dan Festival Cap Go Meh di Kota SingkawangLapangan Kridasana

Hal ini juga terjadi di Kota Singkawang. Pemerintah daerah Kota Singkawang menggelar Festival Tahun Baru Imlek 2570 dan Cap Go Meh Tahun 2019. Festival Tahun Baru Imlek 2570 dan Cap Go Meh Tahun 2019 dimulai pada tanggal 3 Februari dan terdapat berbagai macam kebudayaan dari 54 sanggar atau paguyuban. Untuk menyemarakan kegiatan ini juga terdapat 12 replika naga dan 10 replika babi sebagai shio yang diperingati pada tahun ini.

Festival Tahun Baru Imlek 2570 dan Cap Go Meh Tahun 2019 di Kota Singkawang dikemas menjadi sebuah festival yang tetunya akan jauh lebih menarik dari tahun-tahun sebelumnya. Acara kebudayaan ini sudah menjadi agenda tahunan di Kota Singkawang. Acara ini pada setiap tahunnya selalu mendatangkan para wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara yang memadati seluruh penjuru kota Seribu Kelenteng.

Dari tahun ke tahun, selalu ada rekor MURI yang dicatatkan Kota Singkawang dalam pagelaran perayaan imlek dan cap go meh. Misalnya saja pada tahun lalu, terdapat tiga rekor yang dicatatkan dalam buku MURI  diantaranya; pemasangan lampion terbanyak yang sebelumnya sudah pernah dicatatkan pada tahun 2009 silam, dengan rekor sebanyak 10.895 lampion. Pada tahun 2018 kemarin total sebanyak 20.607 lampion terpasang. Selanjutnya, pemecahan rekor MURI pawai tatung pada tahun 2011. Dengan total tatung pada tahun kemarin sebanyak 1.145 Tatung dan yang terakhir rekor gerbang Cap Go Meh terbesar dengan tinggi mencapai 6 meter dan lebar 16,20 meter.

Festival Imlek dan Festival Cap Go Meh Singkawang pada tahun 2019 akan fenomenal. Singkawang selalu berani tampil beda. Pada tahun ini Singkawang kembali membidik rekor Museum Rekor Indonesia dengan menghadirkan replika Singa Raksasa berukuran 8,8 meter. Inilah kerennya Festival Cap Go Meh di Singkawang. Festival ini selalu mampu menyuguhkan berbagai macam kejutan yang menarik untuk mendatangkan para wisatawan.


Sumber foto : google
Sepasang singa telah dipersiapkan sejak empat bulan yang lalu dengan menggunakan bahan styrofoam oleh putra daerah Kota Singkawang. Lebih kerennya lagi, para seniman yang membuatnya adalah para penyandang disabilitas. Ukuran sepasang singa ini pun mempunyai arti yang cukup mendalam. Pasalnya bagi masyarakat Tionghoa angka 8 merupakan angka sempurna.

CAP GO MEH SINGKAWANG TAHUN 2019

Imlek dan Cap Go Meh tidak dapat dipisahkan dan keduanya sangatlah berkaitan. Cap Go Meh melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek bagi orang Tionghoa di seluruh dunia. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama. Ini berarti, masa perayaan Tahun Baru Imlek berlangsung selama lima belas hari.

Banyak versi yang menyebutkan asal muasal perayaan Cap Go Meh. Salah satu versi menyebutkan Dinasti Zhou (770-256 Sebelum Masehi) yang diyakini mengawali perayaan Cap Go Meh setiap tanggal 15 malam bulan satu Imlek. Pada waktu itu, para petani memasang lampion-lampion yang dinamakan Chau Tian Can di sekeliling ladang untuk mengusir hama dan menakuti binatang-binatang perusak tanaman. Lampion-lampion itu juga dimaksudkan menciptakan pemandangan yang indah di malam hari tanggal 15 bulan satu tahun baru Imlek berdasarkan penanggalan Tiongkok.


Sumber : Kompas.com
Tujuannya adalah untuk menakuti atau mengusir binatang-binatang perusak tanaman, mereka menambah segala bunyi-bunyian serta bermain barongsai. Terutama agar lebih ramai dan bermanfaat bagi petani. Selama puluhan abad, kepercayaan dan tradisi budaya ini berlanjut turun-menurun, baik di daratan Tiongkok maupun di perantauan etnis Tionghoa di seluruh dunia. Sementara di negara-negara Barat, Cap go meh dianggap sebagai pesta karnaval etnis Tionghoa.

Cap Go Meh di Indonesia dimulai sejak abad XIV. Kala itu terjadi migrasi besar dari daratan Tiongkok Selatan. Berdagang menjadi alasan mereka singgah di Nusantara. Mereka pun mulai menetap dan menjadi warga Nusantara. Tradisi Tionghoa mulai dikenal, Imlek dan puncak rangkaiannya, Cap Go Meh, adalah salah satu di antaranya.

Pawai merayakan Cap Go Meh pada umumnya dimulai dari kelenteng ataupun wihara. Kelenteng adalah penyebutan secara keseluruhan untuk tempat ibadah Tri Dharma, atau Buddha, Tao, dan Konghucu, di Indonesia. Namun, nama kelenteng bukan berasal dari Tiongkok, melainkan bahasa Jawa. Diambil dari perkataan "kelintingan" lonceng kecil, karena bunyi-bunyian inilah yang sering keluar dari kelenteng, sehingga mereka menamakannya kelenteng.

Cap Go Meh di Kota Singkawang Sangat Identik dengan :

1. Tatung
Ada pula yang mengatakan bahwasannya asal usul Cap Go Meh bermula pada  dulunya terdapat wabah penyakit menyebar diperkampungan Tionghoa dan pada saat itu belum ada yang namanya dokter. Kemudian warga Tionghoa berobat ke tabib atau dukun menggunakan cara tradisional dan cara yang gaib. Bersama penduduk lokal mereka mengadakan ritual tolak bala (bahasa Khek ; Ta Ciau) dilakukan pada hari ke lima belas bulan pertama penanggalan Imlek.

Mereka merasakan manfaat dari ritual dan wabah penyakit bisa diatasi dan mereka sembuh. Akhirnya ritual tolak bala ini dijadikan sebagai tradisi tahunan turun temurun yang bertahan hingga saat ini. Dipadukan ke perayaan Imlek, lalu diberi nama Cap Go Meh. Perayaan Cap Go Meh dipercaya dapat mengusir atau menangkal gangguan atau kesialan dari roh-roh jahat di perkampungan untuk masa yang akan datang. Pengusiran roh-roh jahat dan peniadaan kesialan dalam Cap Go Meh disimbolkan dalam pertunjukkan Tatung atau Louya. Tatung atau Louya sebagai media utama Cap Go Meh. Atraksi Tatung atau Louya dipenuhi dengan mistik dan spiritual.


Sumber foto : Dokumen pribadi 
Untuk melihat tatung secara langsung, maka kamu dapat menyaksikannya di kota Singkawang. Di kota ini budaya tatung sudah berakulturasi dengan budaya lokal, dirayakan secara meriah dengan pertunjukan ilmu kebal yang dilakukan oleh para Tatung, orang-orang kebal yang menunjukkan kesaktiannya. Secara makna, ritual tatung tersebut dilakukan untuk mengusir bala atau roh-roh jahat dari seluruh penjuru kota.

Setelah para Tatung kerasukan, mereka menunjukkan kesaktiannya dengan menusuk jarum-jarum panjang ke pipi dan mulut mereka, menunjukkan kekebalan terhadap golok dan pedang, mengupas kelapa menggunakan gigi, memakan ayam secara hidup-hidup dan berbagai macam aksi mendebarkan lainnya. Sekalipun mereka berdarah, luka-luka mereka dapat sembuh dengan cepat.
Walaupun ritual Tatung dilakukan pada perayaan etnis Tionghoa, Cap Go Meh. Ritual Tatung ini juga dilakukan oleh suku Dayak sebagai bukti akulturasi dan hubungan harmonis diantara mereka. Dari orang tua, pria dewasa, bahkan perempuan dan anak-anak, dapat menjadi Tatung, tentunya dengan melakukan ritual terlebih dahulu dan bertujuan untuk mengusir kemalangan. Pada tahun 2019 tatung juga disi dengan suku jawa dan orang luar negeri yang melebur menjadi satu. Total terdapat lebih dari 1000 tatung yang menyemarakkan Cap Go Meh Tahun 2019.


Sumber foto : photograpnesia_skw
2. Replika Naga
Selain pertunjukan tatung, perayaan Cap Go Meh juga sangat erat dengan adanya replika naga. Tari naga atau sering disebut liong merupakan tarian yang menggunakan belasan tongkat yang terpasang di bawah perut naga tiruan. Panjang naga tiruan ini sangat bervariasi, tari naga sering ditampilkan pada saat perayaan tertentu budaya Tionghoa seperti hari besar Imlek dan Cap Go Meh. Tari naga sudah ada sejak ratusan tahun lalu pada zaman dinasti Han (tahun 180-230 SM). Sosok naga melekat dalam tarian ini. Hal ini dikarenakan, Naga menjadi lambang kehormatan dan kemakmuran dalam kebudayaan Tiongkok. Pada masa itu, replika naga-nagaan dibuat dari gabungan bagian fisik dari beberapa hewan seperti tanduk rusa jantan, telinga dari banteng, mata dari kelinci, cakar harimau, sisik dari ikan.


Orang-orang Tionghoa pada masa itu mempercayai naga sebagai makhluk memiliki kemampuan lengkap, yakni bisa terbang di udara, bergerak di tanah, dan menyelam di laut. Mahkhluk legendaris ini juga dianggap sebagai penguasa langit. Pertunjukkan tari naga sangat populer di masa kekaisaran Tiongkok dan kini telah mendunia.
Warna replika naga (liong) dalam tarian ini terdiri atas warna merah, emas maupun kuning. Dalam kebudayaan Tionghoa, merah dimaknai sebagai kebahagiaan. Warna emas melambangkan kesuksesan dan kuning memiliki makna ketulusan. Tarian naga dimainkan secara beregu yang terdiri dari sembilan penari. Penari berbaris dengan memainkan belasan tongkat pada replika badan naga. Penari terdepan berperan sebagai pemimpin. Ia mengendalikan tarian dengan menggerakan posisi kepala naga seperti mengangkat, menyorongkan dan memutar kepala naga sesuai dengan alunan musik. Sementara penari lain kompak mengikuti gerakan itu. Gerakan para penari akan terlihat harmonis dan penonton seolah melihat naga sungguhan. Penonton juga akan tertegun saat melihat para penari menampilkan aksi yang memukau.


Sumber foto : andihadid_foto
Sebelum naga diarak keliling kota, naga harus menjalani ritual buka mata. Ritual naga buka mata dilaksanakan pada hari ke-13 Imlek di sebuah vihata atau klenteng. Tujuan dari ritual ini sendiri yaitu untuk mengusir roh-roh jahat dan menangkal hal-hal negatif . Setelah Cap Go Meh berlangsung maka naga harus dibakar. Ritual bakar naga dipercaya sebagai sarana untuk mengirim mahluk kayangan itu ke negerinya, yaitu di langit setelah sebelumnya ia dipanggil dan merasuki replika naga, pada saat melakukan ritual buka mata. Pada 17 Februari 2019 yang lalu di Kelenteng Tridharma Bumi Raya, telah dilaksanakan ritual buka mata dengan total 12 replika naga dan terdapat replika naga yang panjangnya mencapai 105 meter yang dimiliki oleh Yayasan Borneo.

Dikarenakan makhluk dari kayangan itu sebelumnya dipanggil, maka setelah selesai Cap Go Meh, mereka juga dikirim lagi ke kayangan dengan cara replika naga tersebut dibakar. Ritual bakar naga tersebut dilakukan secara bergiliran, yakni satu persatu replika naga dari beberapa yayasan pemadam kebakaran dan kelenteng diletakkan di ruang terbuka yang telah disiapkan sebelumnya dengan posisi melingkar baru kemudian dibakar. Menurut kepercayaan warga Tionghoa, abu sisa pembakaran replika naga tersebut dipercaya bisa bermanfaat mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan. Biasanya abu sisa pembakaran naga tersebut disimpan di tempat sembahyang dengan harapan bisa mendatangkan kebajikan dan menolak keburukan.

3. Barongsai
Wu Chenxu, Guo Licheng dan Ye Deming dalam bukunya Zhongguo de Fengsu Xiguan (Taipei 1977) mengatakan, bahwa bangsa Tionghoa merupakan bangsa yang mengutamakan kebersamaan dan tidak bersifat individualis. Bermain Barongsai jelas merupakan suatu hiburan, tetapi tak mungkin dilakukan sendirian. Permainan ini tentunya membutuhkan kerja sama yang baik antar pemain. Bila ada seorang pemain yang kurang bisa mengimbangi, maka akan memengaruhi gerakan orang lain.
Jadi, Barongsai memadukan kebersamaan antar pemain dan juga hiburan bagi semua orang Tionghoa dan keturunannya yang berada di seluruh dunia.  Barongsai sendiri berasal dari kata "Barong" yang berasal dari bahasa Bali (Indonesia) dan "Sai" yang berasal dari bahasa Tionghoa dialek Fujian (Hokkian). Kedua kata tersebut memiliki arti yang sama yaitu, Singa.

Dari asal kata tersebut terlihat jelas bahwa terjadi akulturasi budaya bahasa yaitu bahasa Indonesia dan Tionghoa dalam dialek suku Hokkian.  Ini dapat dimengerti karena bangsa Tionghoa yang datang ke Indonesia sekitar abad 16 adalah dari suku Hokkian. Sedangkan dalam bahasa Tionghoa Nasional atau Guoyu atau Mandarin, Barongsai sendiri disebut Shi Wu (Tari Singa).  Legenda Barongsai sebenarnya ada beberapa versi. Meski begitu, pertunjukannya dari aliran apapun selalu menampilkan adegan Barongsai mengejar bola warna merah.


Sumber foto : Dokumen pribadi
Pertunjukan Barongsai biasanya dilakukan pada awal dan akhir penutupan Tahun Baru Imlek, yaitu tanggal 15 dan 1, menurut penanggalan Tionghoa tradisional yang disebut penanggalan candra sangkala. Di klenteng-klenteng, kuil, maupun vihara seluruh rakyat Tionghoa berpuja bakti dan merayakan festival Cap Go Meh.Pada festival ini inilah ditampilkan berbagai pertunjukan kesenian, salah satunya kesenian Barongsai.  Tak hanya itu, semarak bunyi petasan juga semakin menambah meriahnya suasana. Inilah yang membuat atraksi Barongsai di perayaan Cap Go Meh terasa begitu meriah dibandingkan saat perayaan lainnya. 

Atraksi Tarian Singa keliling desa biasanya diiringi dengan keahlian para pemain. Di hampir setiap pintu rumah, Barongsai datang memberi hormat dan tuan rumah menyambutnya.  Biasanya tuan rumah sering memberi angpau (amplop merah berisi uang) sebagai tanda terima kasih atas kunjungannya.

Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, kehadiran Barongsai dapat mengusir aura-aura buruk dan membawa keberuntungan. Tak heran pertunjukan ini sering dibawakan dengan beragam tema yang diperuntukkan sesuai dengan momennya seperti, pernikahan atau buka tempat usaha baru. Dengan pertunjukkan tersebut mereka berharap agar hajatnya akan membawa keberuntungan dan kebahagiaan. Memainkan atraksi Barongsai dapat menakut-nakuti atau mengusir monster yang identik dengan segala hal yang memiliki aura negatif (buruk).

Menjadi satu paket dengan perayaan Tahun Baru Imlek 2570, Festival Cap Go Meh 2019 di Singkawang memang penuh warna. Sejumlah atraksi siap digelar seperti pentas seni dan budaya, live musik dari artis nasional, atraksi tatung, expo Cap Go Meh, hingga atraksi 12 naga. Perayaan puncak festival digelar pada 19 Februari 2019. Festival Cap Go Meh menyajikan aksi-aksi unik dari para Tatung di sepanjang jalan utama Kota Singkawang. Terdapat pula prosesi naga buka mata dan naga tutup mata.

4. Pasar Hongkong dan Festival Lampion
Untuk mewujudkan Singkawang sebagai kota jasa, perdagangan, dan agro industry.Singkawang terus berbenah dan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan infrastruktur dan sarana penunjang seperti transportasi, perhotelan, dan penataan kota.

Singkawang yang begitu damai di siang hari dan jauh dari suasana metropolitan akan berubah jika malam tiba. Kehidupan di malam hari menjadi lebih ramai dan hidup dengan lampu-lampu kota, vihara, lampion dan aktivitas masyarakat untuk menikmati kesejukan angin malam dan wisata kuliner khas yang dikenal 'Pasar Hong Kong'. Pasar malam ini ramai dengan beragam penjual makanan, barisan gerobak kaki lima dari beragam etnis dan usaha yang ada yang berbaris rapi di Jalan Setiabudi yang beraspal hitam.

Selain pasar hongkong yang hadir dengan pertunjukan seni dan budaya serta stand kuliner, pada saat Cap Go Meh juga  juga dimeriahkan dengan festival lampion. Bukan hanya barisan lampion yang digantung, akan tetapi juga pawai degan tema lampion dan dekorasi Imlek. Berkali-kali festival lampion ini juga memecahkan rekor MURI. Misalnya saja, pada tahun 2009 terdapat 10.895 lampion yang dinyalakan di Kota Singkaang. Menyusul pada tahun 2018 terdapat 20.607 lampion dinyalakan.

Sepanjang perayaan Imlek dan Cap Go Meh di Singkawang, terdapat sejumlah festival dan keseruan yang bisa dinikmati. Bukan hanya dapat melihat aksi para tatung, replika naga dan barongsai. Akan tetapi, pada saat kamu ke Singkawang, kamu sangat wajib mengunjungi Pasar Hongkong dan Festival Lampion. Stadion Kridasana, Singkawang menjadi salah satu spot yang bisa kamu datangi. Tidak hanya dimeriahkan dengan beragam pameran yang diikuti oleh UMKM produk dan jasa dari pengusaha lokal, kamu juga bisa menyaksikan pentas seni dan budaya serta  yang acara ini juga dimeriahkan oleh banyak artis lokal maupun nasional. Selain itu, ada banyak spot berfoto yang sangat instagramable.



Festival Imlek dan Cap Go Meh di Kota Singkawang sangat identik dengan berbagai agenda acara diantaranya tatung, naga, dan barongsai. Bukan hanya itu, terdapat pula suguhan wisata yang ada di Kota Seribu Kelenteng atau Hongkongnya Indonesia”



Pada saat kita berkunjung ke suatu tempat, maka yang kita cari dan membuat kita menjadi penasaran adalah wisata yang ada disana, benar nggak? Misalnya saja wisata alam, kuliner dan sejarah serta budayanya yang wajib kita gali pada saat mengunjungi daerah tersebut. Jika kamu ingin mendapatkan satu paket itu dengan komplit, baik itu wisata alam, budaya, kuliner dan sejarah, maka KOTA SINGKAWANG adalah jawabannya. Mengapa demikian? Yuk simak ulasannya :

1.      Wisata Alam
   Indonesia memang terkenal akan kekayaan alamnya, baik itu dilautan maupun dipegunungan, begitu pula dengan Singkawang. Di Kota Singkawang terdapat berbagai macam kekayaan alam yang wajib kamu kunjungi, diantaranya :

Ø Pantai Pasir Panjang
Pantai pasir panjang merupakan pantai yang ini memiliki panjang 3 Km. Dengan panjang yang cukup signifikan menjadikan pantai ini dinamai pantai pasir panjang.  Untuk menuju ke pantai ini Anda hanya butuh waktu sekitar 20 menit dari kota Singkawang untuk menuju pantai ini. Pantai pasir panjang diiringi oleh pasir putih, yang bersih nan indah dan pas untuk bersantai.

Ø Pantai Palm Beach
Pantai Palm Beach merupakan salah satu pantai yang wajib kamu kunjungi pada saat berkunjung ke Singkawang. Pantai ini terletak di Singkawang Selatan. Waktu tempuh dari pusat kota Singkawang menuju ke pantai ini sekitar tiga puluh menit dengan menggunakan sepeda motor.


Sumber foto : Dokumen pribadi
Ø Sinka Island Park
Sinka Island Park merupakan tempat wisata yang sangat terkenal, sebab disini terdapat pulau terkecil di dunia yakni pulau simping, di pulau ini hanya terdapat bebatuan dan juga beberapa pohon saja, terdapat juga jembatan yang menghubungkan ke pulau ini. Di tempat wisata ini terdapat berbagai macam fasilitas, diantaranya: kantin, kolam renang dan fasilitas lainnya.

Ø Bukit Rindu Alam
Wisata alam selanjutnya yang ada di Singkawang adalah Bukit rindu alam. Bukit ini  berada di ketinggian 400 mdpl (meter di atas permukaan laut) . Tempat wisata ini tidak boleh Anda lewatkan pada saat berada di kota singkawang, dari atas bukit maka kamu akan dapat melihat keindahan kota singkawang dari ketinggian.

Ø Air Terjun Eria
Singkawang bukan hanya terkenal akan keindahan alam bawah lautnya, akan tetapi Singkawang juga indah akan wisata air terjunnya. Misalnya saha air terjun eria yang terletak di Singkawang Timur. Waktu tempuh untuk tiba di air tejun ini hanya sekitar dua puluh lima menit dari pusat kota Singkawang. Keunikan Air Terjun Eria juga pada sungainya yang sejuk.

Ø Air Terjun Sibohe
Air Terjun Sibohe merupakan air terjun yang wajib kamu kunjungi pada saat berkunjung ke Kota singkawang sebab air terjun ini sangat elok dipandang mata ditambah lagi keasriannya yang masih terjaga.

Bukan hanya itu saja, masih banyak keindahan alam Singkawang dan sekitarnya yang dapat kamu kunjungi dan rasakan keindahannya diantaranya adalah; Pantai Kura-Kura, Pantai Batu Burung, Pantai Sedau, Danau Biru Singkawang, Danau Serantangan, Danau Tadow Indah, Cagar Alam Raya Pasi, Taman Burung Singkawang, Taman Gayung Bersambut, Taman Cinta Pajintan, Taman Batu Belimbing, Taman Bunga Bukit Bougenvile dan lainnya.

2.      Wisata Kuliner
   Pada saat berkunjung ke Singkawang maka kamu wajib untuk mencicipi berbagai macam kuliner khas Singkawang, penasaran apa saja? Ini dia ulasannya:
Ø  Chai Kwe
Chai Kwe atau Choi Pan merupakan makanan yang terbuat dari tepung beras yang diisi dengan berbagai macam varian isi seperti bengkuang, ubi jalar dan kucai. Makanan ini sangat enak dan lezat, kamu harus cobaan jika berada di Singkawang.


Sumber foto : google
Ø  Rujak Thai Pui Jie
Rujak Thai Pui Jie sangat cocok untuk kamu sebagai pecinta rujak. Sajian rujak yang berisi irisan timun, bengkuang, pepaya, nanas, mangga muda dan dilumuri oleh bumbu kacang sangat enak saat dirasakan oleh lidah, duh jadi ngiler nih. Rujak Thai Pui Jie beralamat di Jalan Salam Diman No. 8, Condong, Singkawang Tengah.

Ø  Bakmi Kering Haji Aman
Bakmie Kering Haji Aman merupakan salah satu kuliner yang wajib kamu cicipi pada saat berada di Kota Singkawang. Bakmi Kering Haji Aman terletak di Jalan Tanjung Batu Harapan, Singkawang. Bakmie Kering Ayam, racikannya terdiri dari mi, haiken udang, dadar telur, bakso dan pangsit. Untuk satu porsi Bakmie Kering Ayam dan Bakmie Kering Sapi harganya masih sangat bersahabat dikantong dan tidak mahal. Tertarik mencoba?

Ø  Bubur gunting
Bubur gunting, dari namanya aja sudah serem ya hehe. Tapi tenang, bubur gunting yang dimaksud adalah bukannya berisi gunting, melainkan biji kedelai atau kacang hijau yang dikupas dan direndam dalam kuah kental manis bersama potongan cakwe. Karena cakwe berukuran panjang, pemilik kedai biasanya memotongnya dengan gunting, jadilah dinamakan dengan Bubur Gunting, yuk cobain jika kamu berada di Singkawang.

3.      Wisata Kota, Sejarah dan Budaya
Untuk kamu yang sudah mengelilingi wisata alam Kota Singkawang dan sudah menghabiskan berbagai macam kuliner di Singkawang, namum masih ingin menggali Singkawang lebih dalam lagi, maka kamu dapat meng-explore wisata budaya yang ada diSingkawang, diantaranya:
Ø  Rumah Keluarga Tjhia
Rumah keluarga Tjhia ditetapkan oleh Pemerintah Kota Singkawang sebagai salah satu cagar budaya. Rumah bersejarah ini dibangun pada tahun 1902 di Jalan Budi Utomo, Condong, Singkawang. Rumah keluarga ini adalah milik seorang pendatang dari Fujian, China, bernama Tjhia. Tjhia menetap di Singkawang dan menjadi pengusaha sukses di sana, hingga Tjhia dapat membangun rumah dengan gaya China campur Eropa yang hingga saat ini masih berdiri dan dapat dikunjungi.
Bangunan Rumah Marga Tjhia mengadopsi gaya ala timur dan barat, bahan bangunan rumah ini sebagian besar menggunakan kayu ulin (belian) wajar saja jika bangunannya kokoh dan tegap berdiri. Bangunan rumah ini memiliki 2(dua) ruangan besar yang terdapat dibagian depan dan dibagian belakang, disetiap ruangan itu terdapat ukiran, ornamen, dan juga kaligrafi emas masing-masing di ambang pintu. Dan terdapat juga lahan kosong atau aula utama ditengah-tengah halaman rumah tersebut seperti arsitektur bangunan rumah tradisional China - Si He Yuan yang dalam artinya halaman yang dikelilingi bangunan di keempat sisinya.
Ø  Vihara Tridharma Bumi Raya
Kota Singkawang dijuluki juga dengan istilah kota Seribu Kelenteng. Tidak heran jika salah satu wisata budaya Singkawang adalah kelenteng. Vihara Tridharma Bumi Raya sudah menjadi ikon dari Kota Singkawang. Meskipun tidak berukuran besar, namun vihara ini menjadi yang tertua di Singkawang. Vihara Tridharma Bumi Raya terletak di Jalan Kelurahan Melayu, Kecamatan Singkawang Barat, Singkawang.
Vihara Tri Dharma Bumi Raya berdiri sejak tahun 1878. Vihara ini diyakini sebagai tempat peribadatan umat Tri Dharma tertua di Singkawang.  Setiap Imlek dan Cap Go Meh tiba, vihara  ini ramai didatangi ribuan umat Tri Darma. Mereka tidak hanya datang dari Kota Singkawang, tapi juga dari kota lain di Kalbar dan kota-kota besar Indonesia bahkan dari luar negeri.
Ø  Singkawang Cultural Center
Pemerintah Kota Singkawang meresmikan Singkawang Cultural Center (SCC) atau Rumah Budaya pada 18 Desember 2017. Singkawang Cultural Center dibangun atas dasar keinginan menjadikan Singkawang sebagai tujuan wisata dunia berbasis budaya atau branding world tourism destination. Guna melestarikan nilai-nilai budaya, Singkawang Cultural Center dibangun menggunakan produk-produk lokal.

SEKILAS INFO CAP GO MEH 2019

Sejumlah tokoh penting hadir dalam acara puncak Festival Cap Go Meh 2019 di Singkawang, Kalimantan Barat. Misalnya saja, Arief Yahya selaku Menteri Pariwisata turut hadir secara langsung menyaksikan Festival Cap Go Meh Singkawang 2019. Festival Cap Go Meh Singkawang 2019 dibuka pada tanggal 3 Februari hingga 19 Februari 2019, kemarin.

Festival Cap Go Meh yang masuk dalam kategori event nasional dalam Calendar of Events (COE) 2019 Kemenpar, bagi Kementerian Pariwisata (Kemenpar) diangkatnya Festival Cap Go Meh ke level nasional bukan tanpa alasan. Pertama, adalah mendukung promosi wisata dengan tag-line Pesona Indonesia. Kedua, untuk memberikan kenyamanan kepada para wisatawan dalam menyaksikan perayaan Imlek dan Festival Cap Go Meh. Ketiga, dengan memiliki fasilitas yang lebih baik, diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Alasan yang terakhir adalah dengan meningkatnya kunjungan wisatawan maka pendapatan masyarakat dan daerah akan ikut bertambah.

Rangkaian kegiatan Cap Go Meh yang telah dilaksanakan sejak 3 Februari 2019 hingga 20 Februari 2019 dengan berbagai macam keseruan yang telah disajikan pihak penyelenggara dan mampu menarik jumlah wisatawan lebih dari 76.000 wisatawan baik wisatawan yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Kota Singkawang merupakan kota harmonis dalam keberagaman agama, budaya dan etnis. Hal ini lah yang manjadikan Kota Singkawang sebagai KOTA PALING TOLERAN DI INDONESIA pada tahun 2018 menurut Setara Institute dan Kota Singkawang mengalahkan kota-kota besar di Indonesia. Menurut Setara salah satu faktor penobatan Singkawang menjadi kota paling toleran di Indonesia ialah kota Singkawang yang sangat unik dan tidak ada yang dominan disini, semuanya sama. Pemerintah kota Singkawang juga punya regulasi yang kondusif bagi praktik dan promosi toleransi, baik dalam bentuk perencanaan maupun pelaksanaan, serta di Singkawang sendiri tingkat peristiwa dan tindakan pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan rendah atau tidak ada sama sekali Sehingga disini para warganya saling menghormati satu sama lain. Wujud nyata dari toleransi yang mudah dirasakan pada saat kamu berada di Singkawang adalah rumah ibadah yang saling berdekatan.


KESIMPULAN

Pada saat Tahun Baru Imlek dan menjelang Cap Go Meh, Kota Singkawang merupakan kota yang menyelenggarakan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh dengan sangat meriah. Acara yang selalu digelar kurang lebih seminggu akan menampilkan berbagai macam hal-hal yang berbau Imlek dan Cap Go Meh, misalnya saja tatung, replika naga, barongsai dan pasar hongkong serta festival lampion. Singkawang juga sangat pas untuk kamu exsplore sebab Singkawang kaya akan wisata alam, wisata kuliner, wisata sejarah, wisata budaya dan wisata kotanya yang sangat indah. Festival Cap Go Meh di Singkawang yang sudah berlangsung selama kurun waktu bertahun-tahun dan telah menjadi agenda tahunan yang wajib untuk diselenggarakan. Festival Cap Go Meh juga telah masuk menjadi salah satu 100 Calender of Event Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.

Pada tahun ini Singkawang kembali membidik rekor Museum Rekor Indonesia dengan menghadirkan replika Singa Raksasa berukuran 8,8 meter. Inilah kerennya Festival Cap Go Meh di Singkawang., festival ini selalu mampu menyuguhkan berbagai macam kejutan yang menarik untuk mendatangkan para wisatawan. Untuk masalah penginapan pada saat kamu berada di Singkawang, maka tidak perku khawatir sebab di Singkawang setidaknya memiliki lima hotel berbintang dan hampir 20 hotel melati dengan total kamar mencapai 1.000 kamar dan tentunya dengan harga yang sangat terjangkau. Dengan membaca artikel ini, kamu tertarik untuk mengunjungi Kota Singkawang untuk menyaksikan secara langsung Keseruan Festival Imlek dan Cap Go Meh serta Pesona Wisata Kota Singkawang Tahun Depan? Yuk ke Singkawang, sebab Singkawang Kota yang sangat kaya akan keberagaman dan kota yang sangat toleran.

CUPLIKAN KESERUAN CAP GO MEH 2019

Sumber video : dokumen pribadi


Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog “Generasi Pesona Indonesia Kota Singkawang 2019” yang diselenggarakan oleh Generasi Pesona Indonesia Kota Singkawang.


34 komentar:

  1. tahun dpn wajib ke sigkawang nih!!!!!

    BalasHapus
  2. Kemarin aku ada liat lo di Singawang guh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, ngeliput sekaligus melihat secara langsung keseruan cap go meh di Singkawang

      Hapus
  3. Wah aku baru tau kalau singkawang kaya akan wisatanya.

    BalasHapus
  4. Balasan
    1. Emang mantap, kota paling toleran di Indonesia

      Hapus
  5. Aku tinggal di mempawah, tapi belum pernah menonton langsung festival cap go meh, nyesel banget rasanya, tahun depan pokoknya aku harus nnton secara langsung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk ke Singkawang, rugi banget gak pernah nontong langsung kemeriahan cap go meh

      Hapus
  6. Festival yg luar biasa gak nyesal nonton langsung dan menikmati keseruan nya

    BalasHapus
  7. Walaupun saya orang Singkawang ternyata banyak sekali informasi mengenai Singkawang yang tidak tahu, dan saya dapatkan di blog ini. Terimakasih blognya sangat bermanfaat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama kak, semoga singkawamg makin hebat.

      Hapus
  8. Dan memberikan informasi yang sangat jelas mengenai wisata yang ad di kota singkawang dan wajib para wisatawan untuk berkunjung ke kota singkawang pada hari besar seperti cap gomeh atau pun hari libur . karena banyak wisata yang menarik yang ada di kota singkawang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget mas, yuk selalu perkenalkan potensi wisata yang ada disingkawang.

      Hapus
  9. Inilah Indonesia, kaya akan perbedaan tapi hidup dengan kerukunan.

    BalasHapus
  10. Salut sama Singkawang yang masih melestarikan budaya sekitar. Nyesel ga sempat kesana

    BalasHapus
  11. Singkawang memang patut dijuluki kota wisata👍👍

    BalasHapus
  12. Salah satu kota yang cocok untuk berlibur

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap bener banget, yuk berlibur ke singkawang

      Hapus
  13. Blognya sangattt bermanfaat👍 lanjutkan bang👏👏👏

    BalasHapus
  14. Seru Banget, jadi ga sabar pengen datang ke Festival Cap Go Meh Singkawang 2010

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk kak jgn smpe ga dateng ya festival cap go meh singkawang tahun 2020, tahun depan.

      Hapus