Selamat pagi sahabat-sahabat super sekalian, apa kabar kamu pada hari ini?
Semoga selalu diberi nikmat sehat ya agar dapat menjalankan segala macam bentuk
aktivitas dengan lancar dan sebagaimana mestinya. Pada artikel kali ini deguh
akan sedikit membahas dan mengulik serta ingin berbagi informasi kepada Anda
semua mengenai Keseruan Festival Imlek
dan Cap Go Meh 2019 serta Pesona Wisata Kota Singkawang.
Aku sangat bangga tinggal di Indonesia karena dengan berbagai macam
keberagamannya, menjadikan negara ini menjadi kaya akan etnis, suku, agama,
budaya dan lain sebagainya yang menjadikan masyarakatnya menjunjung tinggi
toleransi dan hidup dengan kebersamaan serta kerukunan. Dengan melihat indahnya
keberagaman tersebut, aku tertarik membahas Kota Singkawang yakni kota yang
sering aku kunjungi jika ada waktu luang untuk menghilangkan penat dan menggali
keindahan wisata alam, kuliner, dan sejarahnya. Kota Singkawang juga sangat
dekat dengan kota kelahiranku, Kota Pontianak.
Pada setiap tahunnya pada saat Cap Go Meh tiba, aku selalu menyempatkan
diri untuk berkunjung ke kota Singkawang untuk melihat secara langsung
kemeriahan Cap Go Meh. Waktu tempuh Pontianak-Singkawang membutuhkan waktu
sekitar 3 jam melalui jalur darat. Untuk tiba di Singkawang kamu dapat
menggunakan sepeda motor, taksi, maupun bus.
KOTA SINGKAWANG
Kota Singkawang atau San Keuw Jong adalah sebuah kota yang berada di
provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Kota ini terletak sekitar 145 km sebelah
utara dari Kota Pontianak, ibukota provinsi Kalimantan Barat, dan dikelilingi
oleh pegunungan pasi, poteng, dan sakok. Nama Singkawang berasal dari bahasa
Hakka, San khew jong yang mengacu pada sebuah kota di bukit dekat laut dan
estuari. Jumlah penduduk di kota ini sekitar 246 ribuan dengan mayoritas
penduduk keturunan Tionghoa, Dayak, dan Melayu.
“Pada mulanya Singkawang merupakan sebuah desa bagian dari wilayah kesultanan Sambas. Desa Singkawang digunakan sebagai tempat singgah para pedagang dan juga para penambang emas dari Monterado. Para penambang dan pedagang ini yang kebanyakan berasal dari negeri China, sebelum mereka menuju ke Monterado para penambang dan pedagang terlebih dahulu beristirahat di Singkawang. Singkawang kala itu juga digunakan sebagai tempat untuk menghilangkan kepenatan karena keindahan alamnya yang sangat menawan. Waktu itu, orang Tionghoa menyebut Singkawang dengan kata San Keuw Jong (Bahasa Hakka), mereka berpendapat bahwa dilihat dari sisi geografis Singkawang yang berbatasan langsung dengan laut Natuna dan dikelilingi pengunungan dan sungai memiliki letak geografis yang sangat menjanjikan, sehingga antara penambang tersebut beralih profesi menjadi petani ataupun menjadi pedagang di Singkawang yang pada akhirnya para penambang tersebut tinggal dan menetap di Singkawang”
FESTIVAL IMLEK DI SINGKAWANG
Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting bagi
orang Tionghoa. Perayaan tahun baru imlek dimulai pada hari pertama bulan
pertama pada penanggalan Tionghoa dan akan berakhir dengan Cap Go Meh pada
tanggal ke-15 (pada saat bulan purnama). Malam tahun baru imlek dikenal sebagai
malam pergantian tahun.
Pada tahun 2019, Perayaan Tahun Baru Imlek 2570 jatuh
tepat pada Selasa, 5 Februari 2019. Di Indonesia, beberapa daerah, terutama
daerah yang dihuni oleh banyak keturunan Tionghoa, akan menggelar perayaan
imlek secara besar-besaran, lengkap dengan berbagai macam aksesori khas Imlek
yang identik dengan nuansa serba merah.
Imlek juga sangat identik dengan Kue keranjang. Kue keranjang adalah kue yang terbuat dari tepung
ketan dan gula. Kue keranjang memiliki
tekstur yang kenyal dan lengket. Kue
ini merupakan salah satu kue khas atau wajib pada saat perayaan tahun baru Imlek. Pada
awalnya kue keranjang ditujukan sebagai hidangan untuk menyenangkan dewa Tungku
agar membawa laporan yang menyenangkan
kepada raja Surga.
Selain itu, bentuknya yang bulat bermakna agar keluarga yang merayakan Imlek dapat terus bersatu, rukun dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang
akan datang. Kue keranjang disebut juga kue tahunan karena hanya
dibuat setahun sekali pada masa menjelang tahun baru Imlek. Terdapat
kebiasaan pada saat tahun baru Imlek untuk terlebih dahulu menyantap kue keranjang
sebelum menyantap nasi sebagai suatu pengharapan agar dapat selalu beruntung
dalam pekerjaannya sepanjang tahun.
JADWAL KEGIATAN TAHUN BARU IMLEK 2570 DAN FESTIVAL CAP GO MEH 2019 KOTA SINGKAWANG
No. | Tanggal | Kegiatan | Lokasi |
1. | 3 -2- 2019 | Pembukaan Perayaan Tahun Baru Imlek 2570 dan Festival Cap Go Meh 2019 | Lapangan Kridasana |
2. | 4 s/d 20 -2-2019 | Pentas Seni & Budaya Expo (umkm, promosi produk dan.jasa | Lapangan Kridasana |
3. | 17-2-2019 | Prosesi ritual buka mata replika 12 naga di Vihara Tribumi Raya Kota Singkawang dan Festival Pawai Lampion | Kota Singkawang |
4. | 18-2-2019 | Prosesi ritual tolak bala oleh Rohaniwan Tatung Prosesi ritual sembahyang Dewa Langit (Ket Sam Thoi) | Kota Singkawang |
5. | 18 s/d 19-2-2019 | Stand Wisata Kuliner Kota Singkawang | Pusat Kota Singkawang |
6. | 19-2-2019 | Festival Cap Go Meh (Pawai Tatung) Altar dan Lelang Prosesi Pembakaran Replika 12 naga di Vihara Budhayana di Roban (Chai Tong) | Kota Singkawang |
7. | 20-2-2019 | Penutupan Perayaan Tahun Baru Imlek 2570 dan Festival Cap Go Meh di Kota Singkawang | Lapangan Kridasana |
Hal ini juga terjadi di Kota Singkawang. Pemerintah daerah Kota Singkawang
menggelar Festival Tahun Baru Imlek 2570 dan Cap Go Meh Tahun 2019. Festival
Tahun Baru Imlek 2570 dan Cap Go Meh Tahun 2019 dimulai pada tanggal 3 Februari
dan terdapat berbagai macam kebudayaan dari 54 sanggar atau paguyuban. Untuk
menyemarakan kegiatan ini juga terdapat 12 replika naga dan
10 replika babi sebagai shio yang diperingati pada tahun ini.
Festival Tahun Baru Imlek 2570 dan Cap Go Meh Tahun 2019 di Kota Singkawang
dikemas menjadi sebuah festival yang tetunya akan jauh lebih menarik dari
tahun-tahun sebelumnya. Acara kebudayaan ini sudah menjadi agenda tahunan di
Kota Singkawang. Acara ini pada setiap tahunnya selalu mendatangkan para
wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara yang memadati seluruh penjuru kota
Seribu Kelenteng.
Dari tahun ke tahun, selalu ada rekor MURI yang dicatatkan
Kota Singkawang dalam pagelaran perayaan imlek dan cap go meh. Misalnya saja
pada tahun lalu, terdapat tiga rekor yang dicatatkan dalam buku MURI diantaranya; pemasangan lampion terbanyak yang sebelumnya sudah pernah dicatatkan pada tahun 2009
silam, dengan rekor sebanyak 10.895 lampion. Pada tahun 2018 kemarin total sebanyak
20.607 lampion terpasang. Selanjutnya, pemecahan rekor MURI pawai tatung pada
tahun 2011. Dengan total tatung pada tahun kemarin sebanyak 1.145 Tatung dan
yang terakhir rekor gerbang Cap Go Meh terbesar dengan tinggi mencapai 6 meter
dan lebar 16,20 meter.
Festival Imlek dan Festival Cap Go Meh Singkawang pada tahun
2019 akan fenomenal. Singkawang selalu berani tampil beda. Pada tahun ini
Singkawang kembali membidik rekor Museum Rekor Indonesia dengan menghadirkan
replika Singa Raksasa berukuran 8,8 meter. Inilah kerennya Festival Cap Go Meh
di Singkawang. Festival ini selalu mampu menyuguhkan berbagai macam kejutan
yang menarik untuk mendatangkan para wisatawan.
Sumber foto : google
Sepasang singa telah dipersiapkan sejak empat
bulan yang lalu dengan menggunakan bahan styrofoam oleh putra daerah Kota
Singkawang. Lebih kerennya lagi, para seniman yang membuatnya adalah para
penyandang disabilitas. Ukuran sepasang singa ini pun mempunyai arti yang cukup
mendalam. Pasalnya bagi masyarakat Tionghoa angka 8 merupakan angka sempurna.
CAP GO MEH SINGKAWANG TAHUN
2019
Imlek dan Cap Go Meh tidak dapat dipisahkan dan
keduanya sangatlah berkaitan. Cap Go Meh melambangkan hari ke-15 dan hari
terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek bagi orang Tionghoa di seluruh
dunia. Istilah ini berasal
dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan
pertama. Ini berarti, masa perayaan
Tahun Baru Imlek berlangsung selama lima belas hari.
Banyak versi yang
menyebutkan asal muasal perayaan Cap Go Meh. Salah satu versi menyebutkan
Dinasti Zhou (770-256 Sebelum Masehi) yang diyakini mengawali perayaan Cap Go
Meh setiap tanggal 15 malam bulan satu Imlek. Pada waktu itu, para petani
memasang lampion-lampion yang dinamakan Chau Tian Can di sekeliling ladang
untuk mengusir hama dan menakuti binatang-binatang perusak tanaman.
Lampion-lampion itu juga dimaksudkan menciptakan pemandangan yang indah di
malam hari tanggal 15 bulan satu tahun baru Imlek berdasarkan penanggalan
Tiongkok.
Sumber : Kompas.com
Tujuannya adalah untuk
menakuti atau mengusir binatang-binatang perusak tanaman, mereka menambah
segala bunyi-bunyian serta bermain barongsai. Terutama agar lebih ramai dan
bermanfaat bagi petani. Selama puluhan abad, kepercayaan dan tradisi budaya ini
berlanjut turun-menurun, baik di daratan Tiongkok maupun di perantauan etnis
Tionghoa di seluruh dunia. Sementara di negara-negara Barat, Cap go meh
dianggap sebagai pesta karnaval etnis Tionghoa.
Cap Go Meh di
Indonesia dimulai
sejak abad XIV. Kala itu terjadi migrasi besar dari daratan Tiongkok Selatan. Berdagang menjadi alasan mereka singgah
di Nusantara. Mereka pun mulai menetap dan menjadi warga Nusantara. Tradisi
Tionghoa mulai dikenal, Imlek dan puncak rangkaiannya, Cap Go Meh, adalah salah
satu di antaranya.
Pawai merayakan Cap Go
Meh pada umumnya dimulai dari kelenteng ataupun wihara. Kelenteng adalah
penyebutan secara keseluruhan untuk tempat ibadah Tri Dharma, atau Buddha, Tao,
dan Konghucu, di Indonesia. Namun, nama kelenteng bukan berasal dari Tiongkok,
melainkan bahasa Jawa. Diambil dari perkataan "kelintingan" lonceng
kecil, karena bunyi-bunyian inilah yang sering keluar dari kelenteng, sehingga
mereka menamakannya kelenteng.
Cap
Go Meh di Kota Singkawang Sangat Identik dengan :
1.
Tatung
Ada pula yang
mengatakan bahwasannya asal usul Cap Go Meh bermula pada dulunya terdapat wabah penyakit menyebar
diperkampungan Tionghoa dan pada saat itu belum ada yang namanya dokter. Kemudian warga Tionghoa berobat ke tabib atau dukun
menggunakan cara tradisional dan cara yang gaib. Bersama penduduk lokal mereka
mengadakan ritual tolak bala (bahasa Khek ; Ta Ciau) dilakukan pada hari ke
lima belas bulan pertama penanggalan Imlek.
Mereka merasakan manfaat dari ritual dan wabah penyakit bisa diatasi dan
mereka sembuh. Akhirnya
ritual tolak bala ini dijadikan sebagai tradisi tahunan turun temurun yang
bertahan hingga saat ini. Dipadukan ke perayaan Imlek, lalu diberi nama Cap Go
Meh. Perayaan Cap Go Meh dipercaya dapat mengusir atau menangkal gangguan atau
kesialan dari roh-roh jahat di perkampungan untuk masa yang akan datang. Pengusiran
roh-roh jahat dan peniadaan kesialan dalam Cap Go Meh disimbolkan dalam
pertunjukkan Tatung atau Louya. Tatung atau Louya sebagai media utama Cap Go
Meh. Atraksi Tatung atau Louya dipenuhi dengan mistik dan spiritual.
Sumber foto : Dokumen pribadi
Untuk melihat tatung secara langsung, maka kamu dapat menyaksikannya di
kota Singkawang. Di kota ini budaya tatung sudah berakulturasi dengan budaya
lokal, dirayakan secara meriah dengan pertunjukan ilmu kebal yang dilakukan
oleh para Tatung, orang-orang kebal yang menunjukkan kesaktiannya. Secara
makna, ritual tatung tersebut dilakukan untuk mengusir bala atau roh-roh jahat
dari seluruh penjuru kota.
Setelah para Tatung kerasukan, mereka menunjukkan kesaktiannya dengan
menusuk jarum-jarum panjang ke pipi dan mulut mereka, menunjukkan kekebalan
terhadap golok dan pedang, mengupas kelapa menggunakan gigi, memakan ayam
secara hidup-hidup dan berbagai macam aksi mendebarkan lainnya. Sekalipun
mereka berdarah, luka-luka mereka dapat sembuh dengan cepat.
Walaupun ritual Tatung dilakukan pada perayaan etnis
Tionghoa, Cap Go Meh. Ritual Tatung ini juga dilakukan oleh suku Dayak sebagai
bukti akulturasi dan hubungan harmonis diantara mereka. Dari orang tua, pria
dewasa, bahkan perempuan dan anak-anak, dapat menjadi Tatung, tentunya dengan
melakukan ritual terlebih dahulu dan bertujuan untuk mengusir kemalangan. Pada tahun 2019 tatung juga disi dengan suku jawa dan
orang luar negeri yang melebur menjadi satu. Total terdapat lebih dari 1000 tatung yang
menyemarakkan Cap Go Meh Tahun 2019.
Sumber foto : photograpnesia_skw
2. Replika Naga
Selain pertunjukan tatung, perayaan Cap Go Meh juga sangat erat dengan adanya replika
naga. Tari
naga atau sering disebut liong
merupakan tarian yang menggunakan belasan tongkat yang
terpasang di bawah perut naga tiruan. Panjang naga tiruan ini sangat
bervariasi, tari naga sering ditampilkan pada saat perayaan tertentu budaya
Tionghoa seperti hari besar Imlek dan Cap Go Meh. Tari naga sudah ada sejak
ratusan tahun lalu pada zaman dinasti Han (tahun 180-230 SM). Sosok naga
melekat dalam tarian ini. Hal ini dikarenakan, Naga menjadi lambang kehormatan dan kemakmuran dalam kebudayaan
Tiongkok. Pada masa itu, replika naga-nagaan dibuat dari gabungan bagian
fisik dari beberapa hewan seperti tanduk rusa jantan, telinga dari banteng,
mata dari kelinci, cakar harimau, sisik dari ikan.
Orang-orang Tionghoa pada masa itu mempercayai naga sebagai makhluk memiliki kemampuan lengkap, yakni bisa terbang di udara, bergerak di tanah, dan menyelam di laut. Mahkhluk legendaris ini juga dianggap sebagai penguasa langit. Pertunjukkan tari naga sangat populer di masa kekaisaran Tiongkok dan kini telah mendunia.
Warna replika naga
(liong) dalam tarian ini terdiri atas warna merah, emas maupun kuning. Dalam
kebudayaan Tionghoa, merah dimaknai sebagai kebahagiaan. Warna emas
melambangkan kesuksesan dan kuning memiliki makna ketulusan. Tarian naga
dimainkan secara beregu yang terdiri dari sembilan penari. Penari berbaris
dengan memainkan belasan tongkat pada replika badan naga. Penari terdepan berperan
sebagai pemimpin. Ia mengendalikan tarian dengan menggerakan posisi kepala naga
seperti mengangkat, menyorongkan dan memutar kepala naga sesuai dengan alunan
musik. Sementara penari lain kompak mengikuti gerakan itu. Gerakan para penari
akan terlihat harmonis dan penonton seolah melihat naga sungguhan. Penonton
juga akan tertegun saat melihat para penari menampilkan aksi yang
memukau.
Sumber foto : andihadid_foto
Sebelum naga diarak keliling kota, naga harus
menjalani ritual buka mata. Ritual naga buka mata dilaksanakan pada hari ke-13
Imlek di sebuah vihata atau klenteng. Tujuan dari ritual ini sendiri yaitu untuk mengusir roh-roh jahat
dan menangkal hal-hal negatif . Setelah Cap Go Meh berlangsung maka naga harus
dibakar. Ritual bakar naga dipercaya sebagai sarana untuk mengirim mahluk kayangan
itu ke negerinya, yaitu di langit setelah sebelumnya ia dipanggil dan merasuki
replika naga, pada saat melakukan ritual buka
mata. Pada 17 Februari 2019 yang lalu di Kelenteng Tridharma Bumi Raya,
telah dilaksanakan ritual buka mata dengan total 12 replika naga dan terdapat
replika naga yang panjangnya mencapai 105 meter yang dimiliki oleh Yayasan
Borneo.
Dikarenakan makhluk dari kayangan itu sebelumnya
dipanggil, maka setelah selesai Cap Go Meh, mereka juga dikirim lagi ke
kayangan dengan cara replika naga tersebut dibakar. Ritual bakar naga tersebut
dilakukan secara bergiliran, yakni satu persatu replika naga dari beberapa
yayasan pemadam kebakaran dan kelenteng diletakkan di ruang terbuka yang telah
disiapkan sebelumnya dengan posisi melingkar baru kemudian dibakar. Menurut
kepercayaan warga Tionghoa, abu sisa pembakaran replika naga tersebut dipercaya
bisa bermanfaat mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan. Biasanya abu sisa
pembakaran naga tersebut disimpan di tempat sembahyang dengan harapan bisa
mendatangkan kebajikan dan menolak keburukan.
3.
Barongsai
Wu Chenxu, Guo Licheng dan Ye Deming dalam bukunya
Zhongguo de Fengsu Xiguan (Taipei 1977) mengatakan, bahwa bangsa Tionghoa
merupakan bangsa yang mengutamakan kebersamaan dan tidak bersifat individualis.
Bermain Barongsai jelas merupakan suatu hiburan, tetapi tak mungkin dilakukan
sendirian. Permainan ini tentunya membutuhkan kerja sama yang baik antar
pemain. Bila ada seorang
pemain yang kurang bisa mengimbangi, maka akan memengaruhi gerakan orang lain.
Jadi, Barongsai memadukan
kebersamaan antar pemain dan juga hiburan bagi semua orang Tionghoa dan
keturunannya yang berada di seluruh dunia.
Barongsai sendiri berasal dari kata "Barong" yang berasal dari
bahasa Bali (Indonesia) dan "Sai" yang berasal dari bahasa Tionghoa
dialek Fujian (Hokkian). Kedua kata tersebut memiliki arti yang sama yaitu,
Singa.
Dari asal kata
tersebut terlihat jelas bahwa terjadi akulturasi budaya bahasa yaitu bahasa
Indonesia dan Tionghoa dalam dialek suku Hokkian. Ini dapat dimengerti karena bangsa Tionghoa
yang datang ke Indonesia sekitar abad 16 adalah dari suku Hokkian. Sedangkan
dalam bahasa Tionghoa Nasional atau Guoyu atau Mandarin, Barongsai sendiri
disebut Shi Wu (Tari Singa). Legenda
Barongsai sebenarnya ada beberapa versi. Meski begitu, pertunjukannya dari
aliran apapun selalu menampilkan adegan Barongsai mengejar bola warna merah.
Pertunjukan
Barongsai biasanya dilakukan pada awal dan akhir penutupan Tahun Baru Imlek, yaitu
tanggal 15 dan 1, menurut penanggalan Tionghoa tradisional yang disebut penanggalan
candra sangkala. Di klenteng-klenteng, kuil, maupun vihara seluruh rakyat
Tionghoa berpuja bakti dan merayakan festival Cap Go Meh.Pada festival ini
inilah ditampilkan berbagai pertunjukan kesenian, salah satunya kesenian
Barongsai. Tak hanya itu, semarak bunyi
petasan juga semakin menambah meriahnya suasana. Inilah yang membuat atraksi
Barongsai di perayaan Cap Go Meh terasa begitu meriah dibandingkan saat
perayaan lainnya.
Atraksi Tarian
Singa keliling desa biasanya diiringi dengan keahlian para pemain. Di hampir
setiap pintu rumah, Barongsai datang memberi hormat dan tuan rumah
menyambutnya. Biasanya tuan rumah sering
memberi angpau (amplop merah berisi uang) sebagai tanda terima kasih atas
kunjungannya.
Menurut kepercayaan
masyarakat Tionghoa, kehadiran Barongsai dapat mengusir aura-aura buruk dan
membawa keberuntungan. Tak heran pertunjukan ini sering dibawakan dengan
beragam tema yang diperuntukkan sesuai dengan momennya seperti, pernikahan atau
buka tempat usaha baru. Dengan pertunjukkan tersebut mereka berharap agar
hajatnya akan membawa keberuntungan dan kebahagiaan. Memainkan atraksi
Barongsai dapat menakut-nakuti atau mengusir monster yang identik dengan segala
hal yang memiliki aura negatif (buruk).
Menjadi satu paket dengan perayaan Tahun Baru Imlek
2570, Festival Cap Go Meh 2019 di Singkawang memang penuh warna. Sejumlah
atraksi siap digelar seperti pentas seni dan budaya, live musik dari artis
nasional, atraksi tatung, expo Cap Go Meh, hingga atraksi 12 naga. Perayaan puncak festival digelar pada 19
Februari 2019. Festival Cap Go Meh menyajikan aksi-aksi unik dari para Tatung
di sepanjang jalan utama Kota Singkawang. Terdapat pula prosesi naga buka mata
dan naga tutup mata.
4. Pasar Hongkong dan
Festival Lampion
Untuk mewujudkan Singkawang sebagai kota jasa,
perdagangan, dan agro industry.Singkawang terus berbenah dan bekerja sama
dengan berbagai pihak untuk meningkatkan infrastruktur dan sarana penunjang
seperti transportasi, perhotelan, dan penataan kota.
Singkawang yang begitu damai di siang hari dan jauh dari suasana
metropolitan akan berubah jika malam tiba. Kehidupan di malam hari menjadi
lebih ramai dan hidup dengan lampu-lampu kota, vihara, lampion dan aktivitas
masyarakat untuk menikmati kesejukan angin malam dan wisata kuliner khas yang
dikenal 'Pasar Hong Kong'. Pasar
malam ini ramai dengan beragam penjual makanan, barisan gerobak kaki lima dari
beragam etnis dan usaha yang ada yang berbaris rapi di Jalan Setiabudi yang
beraspal hitam.
Selain pasar hongkong yang hadir dengan pertunjukan
seni dan budaya serta stand kuliner,
pada saat Cap Go Meh juga juga
dimeriahkan dengan festival lampion. Bukan hanya barisan lampion yang
digantung, akan tetapi juga pawai degan tema lampion dan dekorasi Imlek.
Berkali-kali festival lampion ini juga memecahkan rekor MURI. Misalnya saja, pada
tahun 2009 terdapat 10.895 lampion yang dinyalakan di Kota Singkaang. Menyusul pada tahun 2018 terdapat 20.607 lampion
dinyalakan.
Sepanjang perayaan Imlek dan Cap Go Meh di Singkawang, terdapat sejumlah
festival dan keseruan yang bisa dinikmati. Bukan hanya dapat melihat aksi para
tatung, replika naga dan barongsai. Akan tetapi, pada saat kamu ke Singkawang,
kamu sangat wajib mengunjungi Pasar Hongkong dan Festival Lampion. Stadion
Kridasana, Singkawang menjadi salah satu spot yang bisa kamu datangi. Tidak
hanya dimeriahkan dengan beragam pameran yang diikuti oleh UMKM produk dan jasa
dari pengusaha lokal, kamu juga bisa menyaksikan pentas seni dan budaya
serta yang acara ini juga dimeriahkan
oleh banyak artis lokal maupun nasional. Selain itu, ada banyak spot berfoto
yang sangat instagramable.
“Festival Imlek dan Cap Go Meh di Kota Singkawang sangat identik dengan berbagai agenda acara diantaranya tatung, naga, dan barongsai. Bukan hanya itu, terdapat pula suguhan wisata yang ada di Kota Seribu Kelenteng atau Hongkongnya Indonesia”
Pada saat kita berkunjung ke suatu tempat, maka yang
kita cari dan membuat kita menjadi penasaran adalah wisata yang ada disana,
benar nggak? Misalnya saja wisata
alam, kuliner dan sejarah serta budayanya yang wajib kita gali pada saat
mengunjungi daerah tersebut. Jika kamu ingin mendapatkan satu paket itu dengan
komplit, baik itu wisata alam, budaya, kuliner dan sejarah, maka KOTA
SINGKAWANG adalah jawabannya. Mengapa
demikian? Yuk simak ulasannya :
1. Wisata
Alam
Indonesia memang terkenal akan kekayaan alamnya,
baik itu dilautan maupun dipegunungan, begitu pula dengan Singkawang. Di Kota
Singkawang terdapat berbagai macam kekayaan alam yang wajib kamu kunjungi,
diantaranya :
Ø Pantai
Pasir Panjang
Pantai pasir
panjang merupakan pantai yang ini memiliki panjang 3 Km. Dengan panjang yang
cukup signifikan menjadikan pantai ini dinamai pantai pasir panjang. Untuk menuju ke pantai ini Anda hanya butuh
waktu sekitar 20 menit dari kota Singkawang untuk menuju pantai ini. Pantai
pasir panjang diiringi oleh pasir putih, yang bersih nan indah dan pas untuk
bersantai.
Ø Pantai
Palm Beach
Pantai Palm Beach merupakan salah satu
pantai yang wajib kamu kunjungi pada saat berkunjung ke Singkawang. Pantai ini
terletak di Singkawang Selatan. Waktu tempuh dari pusat kota Singkawang menuju
ke pantai ini sekitar tiga puluh menit dengan menggunakan sepeda motor.
Sumber foto : Dokumen pribadi
Ø
Sinka Island Park
Sinka
Island Park merupakan tempat wisata yang sangat terkenal, sebab disini terdapat
pulau terkecil di dunia yakni pulau simping, di pulau ini hanya terdapat
bebatuan dan juga beberapa pohon saja, terdapat juga jembatan yang
menghubungkan ke pulau ini. Di
tempat wisata ini terdapat berbagai macam fasilitas, diantaranya: kantin, kolam
renang dan fasilitas lainnya.
Ø Bukit
Rindu Alam
Wisata alam
selanjutnya yang ada di Singkawang adalah Bukit rindu alam. Bukit ini berada di ketinggian 400 mdpl (meter di atas
permukaan laut) . Tempat wisata ini tidak boleh Anda lewatkan pada saat berada
di kota singkawang, dari atas bukit maka kamu akan dapat melihat keindahan kota
singkawang dari ketinggian.
Ø Air
Terjun Eria
Singkawang
bukan hanya terkenal akan keindahan alam bawah lautnya, akan tetapi Singkawang
juga indah akan wisata air terjunnya. Misalnya saha air terjun eria yang terletak di Singkawang Timur. Waktu
tempuh untuk tiba di air tejun ini hanya sekitar dua puluh lima menit dari
pusat kota Singkawang. Keunikan Air
Terjun Eria juga pada sungainya yang sejuk.
Ø Air
Terjun Sibohe
Air Terjun
Sibohe merupakan air terjun yang wajib kamu kunjungi pada saat berkunjung ke
Kota singkawang sebab air terjun ini sangat elok dipandang mata ditambah lagi
keasriannya yang masih terjaga.
Bukan hanya itu
saja, masih banyak keindahan alam Singkawang dan sekitarnya yang dapat kamu
kunjungi dan rasakan keindahannya diantaranya adalah; Pantai Kura-Kura, Pantai
Batu Burung, Pantai Sedau, Danau Biru Singkawang, Danau Serantangan, Danau
Tadow Indah, Cagar Alam Raya Pasi, Taman Burung Singkawang, Taman Gayung
Bersambut, Taman Cinta Pajintan, Taman Batu Belimbing, Taman Bunga Bukit
Bougenvile dan lainnya.
2. Wisata
Kuliner
Pada saat berkunjung ke Singkawang maka kamu
wajib untuk mencicipi berbagai macam kuliner khas Singkawang, penasaran apa
saja? Ini dia ulasannya:
Ø
Chai Kwe
Chai Kwe atau Choi
Pan merupakan makanan yang terbuat dari tepung beras yang diisi dengan berbagai
macam varian isi seperti bengkuang, ubi jalar dan kucai. Makanan ini sangat
enak dan lezat, kamu harus cobaan jika berada di Singkawang.
Sumber foto : google
Ø
Rujak Thai Pui Jie
Rujak Thai
Pui Jie sangat cocok untuk kamu sebagai pecinta rujak. Sajian rujak yang berisi
irisan timun, bengkuang, pepaya, nanas, mangga muda dan dilumuri oleh bumbu
kacang sangat enak saat dirasakan oleh lidah, duh jadi ngiler nih. Rujak Thai Pui Jie beralamat di Jalan Salam Diman No.
8, Condong, Singkawang Tengah.
Ø
Bakmi Kering Haji Aman
Bakmie Kering
Haji Aman merupakan salah satu kuliner yang wajib kamu cicipi pada saat berada
di Kota Singkawang. Bakmi Kering Haji Aman terletak di Jalan Tanjung Batu
Harapan, Singkawang. Bakmie Kering Ayam, racikannya terdiri dari mi, haiken
udang, dadar telur, bakso dan pangsit. Untuk satu porsi Bakmie Kering Ayam dan Bakmie
Kering Sapi harganya masih sangat bersahabat dikantong dan tidak mahal.
Tertarik mencoba?
Ø
Bubur gunting
Bubur gunting,
dari namanya aja sudah serem ya hehe. Tapi tenang, bubur gunting yang dimaksud
adalah bukannya berisi gunting, melainkan biji kedelai atau kacang hijau yang
dikupas dan direndam dalam kuah kental manis bersama potongan cakwe. Karena
cakwe berukuran panjang, pemilik kedai biasanya memotongnya dengan gunting,
jadilah dinamakan dengan Bubur Gunting, yuk cobain jika kamu berada di
Singkawang.
3. Wisata
Kota, Sejarah dan Budaya
Untuk kamu
yang sudah mengelilingi wisata alam Kota Singkawang dan sudah menghabiskan
berbagai macam kuliner di Singkawang, namum masih ingin menggali Singkawang
lebih dalam lagi, maka kamu dapat meng-explore
wisata budaya yang ada diSingkawang, diantaranya:
Ø
Rumah
Keluarga Tjhia
Rumah keluarga
Tjhia ditetapkan oleh Pemerintah Kota Singkawang sebagai salah satu cagar
budaya. Rumah bersejarah ini dibangun pada tahun 1902 di Jalan Budi Utomo,
Condong, Singkawang. Rumah keluarga ini adalah milik seorang pendatang dari
Fujian, China, bernama Tjhia. Tjhia menetap di Singkawang dan menjadi pengusaha
sukses di sana, hingga Tjhia dapat membangun rumah dengan gaya China campur
Eropa yang hingga saat ini masih berdiri dan dapat dikunjungi.
Bangunan Rumah
Marga Tjhia mengadopsi gaya ala timur dan barat, bahan bangunan rumah ini
sebagian besar menggunakan kayu ulin (belian) wajar saja jika bangunannya kokoh
dan tegap berdiri. Bangunan rumah ini memiliki 2(dua) ruangan besar yang
terdapat dibagian depan dan dibagian belakang, disetiap ruangan itu terdapat
ukiran, ornamen, dan juga kaligrafi emas masing-masing di ambang pintu. Dan
terdapat juga lahan kosong atau aula utama ditengah-tengah halaman rumah
tersebut seperti arsitektur bangunan rumah tradisional China - Si He Yuan yang
dalam artinya halaman yang dikelilingi bangunan di keempat sisinya.
Ø
Vihara
Tridharma Bumi Raya
Kota
Singkawang dijuluki juga dengan istilah kota Seribu Kelenteng. Tidak heran jika
salah satu wisata budaya Singkawang adalah kelenteng. Vihara Tridharma Bumi
Raya sudah menjadi ikon dari Kota Singkawang. Meskipun tidak berukuran besar,
namun vihara ini menjadi yang tertua di Singkawang. Vihara Tridharma Bumi Raya terletak
di Jalan Kelurahan Melayu, Kecamatan Singkawang Barat, Singkawang.
Vihara Tri
Dharma Bumi Raya berdiri sejak tahun 1878. Vihara ini diyakini sebagai tempat
peribadatan umat Tri Dharma tertua di Singkawang. Setiap
Imlek dan Cap Go Meh tiba, vihara ini
ramai didatangi ribuan umat Tri Darma. Mereka tidak hanya datang dari Kota
Singkawang, tapi juga dari kota lain di Kalbar dan kota-kota besar Indonesia
bahkan dari luar negeri.
Ø
Singkawang
Cultural Center
Pemerintah Kota
Singkawang meresmikan Singkawang Cultural Center (SCC) atau Rumah Budaya pada
18 Desember 2017. Singkawang Cultural Center dibangun atas dasar keinginan
menjadikan Singkawang sebagai tujuan wisata dunia berbasis budaya atau branding
world tourism destination. Guna melestarikan nilai-nilai budaya, Singkawang
Cultural Center dibangun menggunakan produk-produk lokal.
SEKILAS INFO CAP GO MEH 2019
Sejumlah tokoh penting hadir dalam acara puncak
Festival Cap Go Meh 2019 di Singkawang, Kalimantan Barat. Misalnya saja, Arief
Yahya selaku Menteri Pariwisata turut hadir secara langsung menyaksikan
Festival Cap Go Meh Singkawang 2019. Festival Cap Go Meh Singkawang 2019 dibuka
pada tanggal 3 Februari hingga 19 Februari 2019, kemarin.
Festival Cap Go Meh yang masuk dalam kategori event
nasional dalam Calendar of Events (COE) 2019
Kemenpar, bagi Kementerian Pariwisata (Kemenpar) diangkatnya Festival Cap Go
Meh ke level nasional bukan tanpa alasan. Pertama, adalah mendukung promosi
wisata dengan tag-line Pesona
Indonesia. Kedua, untuk memberikan kenyamanan kepada para wisatawan dalam
menyaksikan perayaan Imlek dan Festival Cap Go Meh. Ketiga, dengan memiliki
fasilitas yang lebih baik, diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan,
baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Alasan yang terakhir adalah dengan
meningkatnya kunjungan wisatawan maka pendapatan masyarakat dan daerah akan
ikut bertambah.
Rangkaian kegiatan Cap Go Meh yang telah dilaksanakan
sejak 3 Februari 2019 hingga 20 Februari 2019 dengan berbagai macam keseruan yang
telah disajikan pihak penyelenggara dan mampu menarik jumlah wisatawan lebih
dari 76.000 wisatawan baik wisatawan yang berasal dari dalam negeri maupun luar
negeri. Kota Singkawang merupakan kota harmonis dalam keberagaman agama, budaya
dan etnis. Hal ini lah yang manjadikan Kota Singkawang sebagai KOTA PALING TOLERAN DI INDONESIA pada tahun 2018 menurut Setara Institute dan Kota Singkawang mengalahkan kota-kota besar di Indonesia. Menurut Setara salah satu faktor penobatan Singkawang menjadi kota paling toleran di Indonesia ialah kota Singkawang yang sangat unik dan tidak ada yang dominan disini, semuanya sama. Pemerintah kota Singkawang juga punya regulasi yang kondusif bagi praktik dan promosi toleransi, baik dalam bentuk perencanaan maupun pelaksanaan, serta di Singkawang sendiri tingkat peristiwa dan tindakan pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan rendah atau tidak ada sama sekali Sehingga disini para warganya saling menghormati satu sama lain. Wujud nyata dari toleransi yang mudah dirasakan pada saat kamu berada di Singkawang adalah rumah ibadah yang saling berdekatan.
KESIMPULAN
Pada saat Tahun Baru Imlek dan menjelang Cap Go Meh,
Kota Singkawang merupakan kota yang menyelenggarakan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh dengan sangat
meriah. Acara yang selalu digelar kurang lebih seminggu akan menampilkan
berbagai macam hal-hal yang berbau Imlek dan Cap Go Meh, misalnya saja tatung, replika
naga, barongsai dan pasar hongkong serta festival lampion. Singkawang juga
sangat pas untuk kamu exsplore sebab Singkawang kaya akan wisata alam, wisata kuliner, wisata sejarah, wisata budaya dan wisata
kotanya yang sangat indah. Festival Cap Go Meh di Singkawang yang sudah
berlangsung selama kurun waktu bertahun-tahun dan telah menjadi agenda tahunan
yang wajib untuk diselenggarakan. Festival Cap Go Meh juga telah masuk menjadi
salah satu 100 Calender of Event
Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.
Pada tahun ini Singkawang kembali membidik rekor Museum Rekor Indonesia dengan menghadirkan replika Singa Raksasa berukuran 8,8 meter. Inilah kerennya Festival Cap Go Meh di Singkawang., festival ini selalu mampu menyuguhkan berbagai macam kejutan yang menarik untuk mendatangkan para wisatawan. Untuk masalah penginapan pada saat kamu berada di Singkawang, maka tidak perku khawatir sebab di Singkawang setidaknya memiliki lima hotel berbintang dan hampir 20 hotel melati dengan total kamar mencapai 1.000 kamar dan tentunya dengan harga yang sangat terjangkau. Dengan membaca artikel ini, kamu tertarik untuk mengunjungi Kota Singkawang untuk menyaksikan secara langsung Keseruan Festival Imlek dan Cap Go Meh serta Pesona Wisata Kota Singkawang Tahun Depan? Yuk ke Singkawang, sebab Singkawang Kota yang sangat kaya akan keberagaman dan kota yang sangat toleran.
CUPLIKAN KESERUAN CAP GO MEH 2019
Pada tahun ini Singkawang kembali membidik rekor Museum Rekor Indonesia dengan menghadirkan replika Singa Raksasa berukuran 8,8 meter. Inilah kerennya Festival Cap Go Meh di Singkawang., festival ini selalu mampu menyuguhkan berbagai macam kejutan yang menarik untuk mendatangkan para wisatawan. Untuk masalah penginapan pada saat kamu berada di Singkawang, maka tidak perku khawatir sebab di Singkawang setidaknya memiliki lima hotel berbintang dan hampir 20 hotel melati dengan total kamar mencapai 1.000 kamar dan tentunya dengan harga yang sangat terjangkau. Dengan membaca artikel ini, kamu tertarik untuk mengunjungi Kota Singkawang untuk menyaksikan secara langsung Keseruan Festival Imlek dan Cap Go Meh serta Pesona Wisata Kota Singkawang Tahun Depan? Yuk ke Singkawang, sebab Singkawang Kota yang sangat kaya akan keberagaman dan kota yang sangat toleran.
CUPLIKAN KESERUAN CAP GO MEH 2019
Sumber video : dokumen pribadi
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog “Generasi Pesona Indonesia Kota Singkawang 2019” yang diselenggarakan oleh Generasi Pesona Indonesia Kota Singkawang.
tahun dpn wajib ke sigkawang nih!!!!!
BalasHapusWajib banget dan harus
HapusSingkawang emg keren:)))
BalasHapusSingkawang emang keren, yuk ke Singkawang
HapusKeren sekali bung👍
BalasHapusTerimakasih bung
HapusKemarin aku ada liat lo di Singawang guh.
BalasHapusiya, ngeliput sekaligus melihat secara langsung keseruan cap go meh di Singkawang
HapusWah aku baru tau kalau singkawang kaya akan wisatanya.
BalasHapusYuk ke Singkawang
HapusSingkawang mantap
BalasHapusEmang mantap, kota paling toleran di Indonesia
HapusAku tinggal di mempawah, tapi belum pernah menonton langsung festival cap go meh, nyesel banget rasanya, tahun depan pokoknya aku harus nnton secara langsung.
BalasHapusYuk ke Singkawang, rugi banget gak pernah nontong langsung kemeriahan cap go meh
HapusFestival yg luar biasa gak nyesal nonton langsung dan menikmati keseruan nya
BalasHapusMantap, tahun dpn harus nnton lagi ya
HapusWalaupun saya orang Singkawang ternyata banyak sekali informasi mengenai Singkawang yang tidak tahu, dan saya dapatkan di blog ini. Terimakasih blognya sangat bermanfaat
BalasHapusSama-sama kak, semoga singkawamg makin hebat.
HapusDan memberikan informasi yang sangat jelas mengenai wisata yang ad di kota singkawang dan wajib para wisatawan untuk berkunjung ke kota singkawang pada hari besar seperti cap gomeh atau pun hari libur . karena banyak wisata yang menarik yang ada di kota singkawang
BalasHapusBener banget mas, yuk selalu perkenalkan potensi wisata yang ada disingkawang.
HapusInilah Indonesia, kaya akan perbedaan tapi hidup dengan kerukunan.
BalasHapusWaah bener sekali kak
HapusSalut sama Singkawang yang masih melestarikan budaya sekitar. Nyesel ga sempat kesana
BalasHapusTahun depan, wajib ke singkawang!
HapusSingkawang memang patut dijuluki kota wisata👍👍
BalasHapusBener banget mas andy
HapusSingkawang emng hebat
BalasHapusYap singkawang emang hebat
HapusSalah satu kota yang cocok untuk berlibur
BalasHapusYap bener banget, yuk berlibur ke singkawang
HapusBlognya sangattt bermanfaat👍 lanjutkan bang👏👏👏
BalasHapusSiaaap, terimakasih
HapusSeru Banget, jadi ga sabar pengen datang ke Festival Cap Go Meh Singkawang 2010
BalasHapusYuk kak jgn smpe ga dateng ya festival cap go meh singkawang tahun 2020, tahun depan.
Hapus