By : Muhammad Teguh Budianto
Sejak
beberapa tahun terakhir, pemerintah menetapkan jalur undangan sebagai pintu
utama memasuki perguruan tinggi negeri (PTN). Sistem inilah yang dipakai dalam
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Penerimaan jalur undangan berarti seorang siswa tidak perlu mengikuti ujian
tertulis untuk masuk PTN yang dikehendakinya. Seleksi dilakukan berdasarkan
rekam akademik tiap siswa pendaftar dan sekolah asalnya. Penilaian dilakukan
dan menjadi otoritas kampus tujuan.
Sebagai contekan, ini dia kriteria yang digunakan kampus dalam menyeleksi calon
mahasiswa mereka.
1. Nilai rapor
Namanya juga jalur bebas tes, tentu saja rapor menjadi acuan utama. Kampus akan
melihat nilai rapor siswa seperti yang diisikan dalam Pangkalan Data Sekolah
dan Siswa (PDSS).
Seleksi terutama dilakukan berdasarkan nilai mata pelajaran yang diujikan dalam
Ujian Nasional (UN). Nilai-nilai pendaftar yang masuk akan diurutkan dari yang
paling besar ke yang paling kecil. Sementara itu, untuk membandingkan pelajar
yang satu dengan pelajar lain, kampus akan melihat dan membandingkan nilai
total keduanya.
2. Nilai tiap mata
pelajaran
Kampus juga akan membandingkan nilai mata pelajaran tiap siswa,
khususnya mata pelajaran yang berhubungan langsung dengan pilihan jurusan
mereka.
Misalnya, Teguh dan Putri memilih jurusan Matematika di Universitas Gadjah Mada
(UGM). Jika dilihat dari nilai total, maka peringkat Putri kalah dari Teguh.
Tetapi jika melihat nilai Matematika keduanya, nilai Putri lebih tinggi dari
Teguh. Jadi, Teguh dan Putri masih tetap bersaing untuk meraih satu kursi di
jurusan Matematika UGM.
Lalu, kampus apa yang pilih Teguh atau Putri? Keputusannya mutlak ada di panitia
seleksi kampus tersebut.
3. Prestasi non-akademik
Juara kelas dan juara berbagai olimpiade pelajaran sudah pasti
akan mendapat pertimbangan khusus dalam seleksi yang dilakukan kampus. Tetapi,
kampus juga akan mempertimbangkan prestasi siswa di luar kelas. Misalnya, Putri juara
olimpiade Matematika tingkat nasional dan Teguh juara Olimpiade Fisika , dsb. Jadi, jangan segan
memindai (scan) piagam atau sertifikat yang membuktikan prestasimu untuk
diupload saat pendaftaran SNMPTN, ya!
4. Akreditasi dan atau
prestasi sekolah
Sistem awal SNMPTN mempertimbangkan akreditasi sekolah asal
siswa pendaftar. Siswa dari sekolah berakreditasi A mendapat porsi pendaftaran
yang lebih besar dari siswa dengan sekolah berakreditasi B dan C. Tahun lalu,
sistem akreditasi ini sudah tidak dipakai lagi.
Selain itu, prestasi sekolah di berbagai ajang kompetisi, baik akademik maupun
non-akademik juga akan menjadi pertimbangan.
5. Konsistensi
Kampus akan melihat konsistensi nilai siswa pendaftar sejak awal
sekolah hingga semester terakhir di SMA. Tahun lalu, pengukurannya adalah,
siswa dari sekolah berakreditasi A dapat mengirim 50% siswa terbaik mereka,
dengan catatan nilai-nilai siswa tersebut harus konsisten. Artinya, siswa
pendaftar harus terus berada di kisaran 50% siswa terbaik itu selama semester
tiga hingga lima. Aturan ini biasanya membuat tiap sekolah tidak sampai
memenuhi kuota 50% tadi.
Meski itu adalah aturan dari panitia SNMPTN, setiap kampus juga memiliki hak
untuk menentukan siapa siswa yang akan mereka terima. Misalnya, nilai Santoso pada
semester lima jatuh karena dia sakit parah dan harus dirawat di rumah sakit.
Tetapi, Santoso tetap dapat diterima di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FT
UI).